27.1.15

Menikah itu butuh Pengertian

Posted by with No comments

Bukan hal yang aneh ketika pasangan-pasangan yang menikah beberapa tahun, baik yang baru maupun yang uda bangkotan, masih aja berbeda pendapat sampai bertengkar. Sejatinya, setiap pasangan memang saling berbeda, bisa jadi bertolakbelakang. Hanya sedikit yang memang benar-benar seirama (dangdut keleess..). Asalnya emang dari sifat dan karakter masing-masing orang yang pada dasarnya nggak sama. Hal prinsip meskipun sepele akan diperlebar kalo memang nggak se-ide. Tinggal masing-masing personal aja menyikapinya gimana.

Seorang sahabat mencurahkan isi hati beberapa waktu lalu. Tentang perdebatan dengan belahan jiwanya, sampai akhirnya ribut dan diem-dieman beberapa hari. Masalahnya nggak serius sebenernya, tapi ya namanya lagi beda pendapat kan? Hal sekecil itupun bisa jadi amarah besar. Sahabat saya ini hobi masak dan makan yang berujung pada usahanya yang lagi sukses sekarang, cake and bakery homemade. Dia melayani pemesanan kue tart, cup cake, puding dan semacamnya untuk kenalan di kota tempatnya tinggal. Tentu saja laris, selain karena hasilnya enak dan indah, harganya pun terjangkau.

Masalah bermula dari teman suaminya yang juga mempunyai usaha yang sama dengan sahabat saya ini. Teman suaminya, sebut saja Mawar (eh, koq kayak berita koran itu ya..), merupakan teman 1 grup di Whatsapp suami sahabat saya, sebut saja Tazkia (bukan nama sebenarnya, wkwkwkw..). Usut punya usut, Mawar komplain pada suami Tazkia, Danta (juga nama samaran..), bahwasannya Tazkia itu menjatuhkan harga pasaran cake and bakery di wilayah kerja mereka. Harga cake yang dijual Tazkia sebenernya terhitung murah, karena Tazkia menyesuaikan cake dengan apa yang diminta pelanggan. Kalo pelanggannya minta murah, ya dibikin murah tapi berkualitas dan enak. Kalo pelanggannya minta yang super, tentu ya dibikin mahal dan istimewa pula. Istilahnya, ya bener-bener pembeli adalah Raja, bisa memilih. Cake yang dijual mulai harga 50 ribu, dan itu pun untuk kalangan anak sekolah yang mau beli cake. Wajar kan bandrolnya. Banyak pelanggan kue Tazkia, yang entah kenapa, akhirnya beralih ke Mawar. Jangan-jangan Mawar menyebarkan berita bahwa kue murah itu nggak layak? Hussshh malah nggosip, ga boleh su'udzon tauukk. Astaghfirullah, ampuni saya ya Allah.
Trus apa hubungannya dengan beda pendapat suami istri dong?
Ini kan cuma masalah harga kue?
Persaingan bisnis?
Wait a minute.. Bukan sekedar itu darling... Masalah komplain Mawar itu berdampak pada kepercayaan diri Danta sebagai suami Tazkia. Dia pun ikutan meng-komplain harga bakulan istrinya. That's a big problem buat seorang wanita. Saya akan sedikit lebay disini, mengingat Tazkia adalah sahabat saya, dan saya juga wanita.
Pertama, Danta seharusnya bersikap layaknya pahlawan dong. Ini bini gue! Mau dia jualan harga setinggi planet kek, mau dia banting harga sedalam lautan kek, not a big deal. Bela dong istrinya. Meskipun manis-manis bibir (abang-abang lambe jare wong Jowo), jawab aja "iya, emang kue bikinan istriku itu murah kayak di pasar" eh salah ding, maksudnya harus gini "iya dong, kue bikinan istriku itu kan merakyat, biar laku, biar laris, kan bagus dong kalo laris dia bisa beli berlian sendiri..." Wooo woooo wooooo... Mana ada laki jawab gitu!?!?
Atau jawab aja "ah itu mah masalah rejeki, kalo ada yang mau kue mahal, ya itu rejekimu, kalo ada yang mau kue murah ya rejeki istriku".. Gampang kan?
Gausa mikir kali Daaaan.. Bini lu tu kerja bukan beneran buat beli berlian, suwer gue tau. Dia jualan kue cuma mau nyalurin hobi dia makan (maap ya Taz.. Wkwkwk..). Biar ada kerjaan dirumah, ga jenuh. Gausa kali Danta mikir yang gimana-gimana, sampe ikut ngurusin hal urusan kewanitaan gitu. Baru digertak orang aja, uda pake acara marahan ke istri. Gimana kalo digertak Allah? Gimana kalo tetiba kerjaanmu dikasi cobaan sama Allah, trus dengan terpaksa kamu bergantung sama keahlian baking istrimu? (Amit amit ya Allah.. Jangan kejadian, naudzubillah..). Mau komplain juga sama istri? Maaf saya mendramatisirrrr...
Intinya, percayalah sama kemampuan istri dan percaya sama penjelasan istri. Dapur itu urusan wanita, laki-laki taunya makan aja sama cuci piring (harusnya sih..), itu istilah saya ya.. Bela aja istrimu walau dengan alasan ga masuk akal sekalipun, itu lebih dari segalanya.

Kedua, Tazkia. Move on ajaaah.. Biarkan anjing menggonggong, bisnis tetap berjalan. It's mean, dengarkan apa kata Danta. Jawab iya. Iya. Dan iya. Kan kata agama ga boleh bantah suami hehehe... Tapi agama juga memberi hak untuk perempuan berbicara. Kalo uda menjelaskan apa alasan memberi harga murah itu ke Danta, dan dia masih keukeuh membela sahabatnya. Yauda biarin aja. Kalah bicara bukan berarti langsung berenti bakulan kue dan kasi harga sama dengan mereka. Orang-orang yang sukses ada kalanya orang yang berani mengambil jalan yang berlawanan arah (saya dapet ilham darimana ya bikin quote ini?). Saya ingat membaca artikel di internet, tentang seorang pengusaha resto di luar negeri, yang meletakkan box kaca di dekat pintu restonya. Ada tulisan disitu kira-kira bunyinya "bayar semampunya, gak bayar juga gak papa". Jadi orang yang makan disitu terserah mau bayar berapa, masukin di box kaca itu. Ada yang jujur, ada yang nggak bayar penuh, ada juga yang amblas ga bayar (yang terakhir itu kemungkinan orang yang medhit numpang makan gratis, ato beneran bokek). Bukannya sepi, restonya makin ramai. Kadang dia merugi, tapi dilain waktu rejekinya amat melimpah. Modal memasaknya hari itu dikembalikan hampir 4x lipat oleh uang di box kaca-nya. Masya Allah... Intinya apa ya.. Ya gitu deh, maksud saya.. Anu... Apa yaaa, anuuu.. (Aaah.. Lupa mau ngetik apa)...
.........
.........
.........
Ah iya inget, intinya setelah ngasi penjelasan apa dan gimana ke Danta, tetep aja dengan prinsipmu. Berjualan itu juga perlu memberi segmentasi tertentu. Orang yang kurang mampu beli mahal, ya kasi murah. Orang yang berlebihan, ya kasi normalnya gimana. Itu harus dijelaskan berulang pada Danta. Selain itu, coba tanyakan sama Danta, apa gunanya dia jadi suami kalo dia lebih mementingkan pertemanan daripada istrinya sendiri (provokator mode ON). Apa sih kewajiban istri? Apa sih kewajiban suami? Kalo dia uda tau apa kewajibannya, it's finish. Nggak harus diperpanjang kan? Kembalikan pada Danta, kalo dibalik posisinya dia yang dikomplain Tazkia, dia harus gimana? Menikah itu butuh kompromi, butuh pengertian, bukan butuh teman doang.

Ketiga, Mawar. Grrrrr.... Harus diapakan manusia 1 ini. Penting ya berbuat gitu supaya menghancurkan kredibilitas seseorang di mata suaminya? I have no idea for her. Kalo saya, bakal saya datengin, saya damprat, saya remet-remet sampe jadi remahan rengginang didasar toples. Kalo sayaaaaaa looo.. Udalah, memang harus ada 1 manusia macam begini dilempar ke bumi supaya ada keseimbangan. Anggap aja dia ini makhluk afkiran, diciptakan memang untuk menguji Tazkia dalam kepatuhan terhadap suami. Ya kan Taz?

Jadi apa moralnya menulis segini banyak? Moralnya sih nggak banyak..
1. Dengarkan pasangan kita, bukan hanya orang lain. Kita memang perlu mendengar pendapat orang lain, tapi ga semua harus ditelan mentah-mentah. Harus dibumbui, harus dimasak, harus dihias baru dimakan. Kalo enak beli lagi. (Apa'an siihh...). Maksudnya, percaya sama pasangan kita. Pengertian yang besar adalah tantangan yang nggak pernah ada habisnya saat kita memutuskan menerimanya menjadi istri/suami kita. Deal?
2. Jadi orang jangan sirik. Itu aja sih. Hahahaha...

Aah, uda semacam konselor pernikahan aja nih.. Hal ini sebenernya nggak sering terjadi di kehidupan pernikahan saya, suami saya orang yang pengertiannya diatas rata-rata. Saking ngertinya, coba tanyakan aja sama dia, saya jualan apa, dia juga ga paham. Wkwkwkw... Tapi emang, suami saya nggak begitu dengerin omongan orang lain kecuali saran dari orang tua dan mertuanya. Yang lain, sodara kek, temen kek, sapa kek, dia denger doang. Kalo penting dia sampaikan sama saya untuk dirundingkan. Tapi kalo ga penting sama dia dilempar kayak butiran debu.

So what gitu loh? Pasangan menikah kan harus punya banyak pengertian, bukan cuma banyak pertemanan.

0 comments:

Post a Comment