17.1.15

Kakak jualan di sekolah...

Posted by with No comments

Uda ke 3 kali ini setiap hari Jum'at Micca bawa puding ke sekolah untuk dijual. Kenapa hari Jum'at? Karena pas hari Jum'at Micca nggak bawa mukena ke sekolah, bekalnya pun ringan karena jam sekolah pulang lebih cepat. Jadi kalo bawa kotak besar isi puding nggak keberatan.
Kenapa jualan puding? Karena pudingnya dalam kondisi dingin, pasti laku dan Alhamdulillah teman-temannya suka. Bahkan pagi hari begitu datang langsung habis.
Kenapa harus jualan? Kan masih sekolah, kelas 1 SD pula.
Ini nih awalnya dari percakapan di mobil sepulang dari wiken ke Malang. Seperti biasa anak2 tidak puas karena waktunya dianggap terlalu sedikit (sehari doang) dan lebih banyak terjebak macet. Dan banyak keinginan mereka yang tidak terpenuhi, seperti main di playground, makan PH, beli mainan, beli buku, dll, dst, etc..

Saya kasi pemahaman, bahwa tidak semua yang mereka inginkan bisa terpenuhi sekarang. Sejak dini saya kenalkan bahwa mami dan ayah tidak punya uang banyak, jadi kalo ingin sesuatu, bergiliran atau menabung dulu. Bahkan saya beberkan, berapa banyak biaya yang kami keluarkan ketika 1 hari pergi pulang kerumah eyang utinya di Batu. Mulai dari bensin mobil, jajan dijalan, makan, belanja, main ini itu, beli ini itu, karcis parkir, mampir ke rumah utinya beli ini itu, bayar dll. Setelah ditotal, jumlahnya membuat Micca (yang lumayan ngerti nominal uang) hanya melongo, "aaah masaaak?" Katanya. Itu hanya untuk 1 hari. Bahkan saya bandingkan sama uang jajan Micca. Sekali pergi ke Malang-Batu, sama dengan menghabiskan uang jajan kakak selama berpuluh-puluh hari (beberapa bulan). Uang jajan Micca hanya seribu sehari (5 hari sekolah), seribu saat mengaji (5 hari mengaji) dan dua ribu saat pencak silat (2 x seminggu dan yang 1000 untuk iuran). Diluar itu dia bawa bekal makan dan minum. Micca kelihatan berpikir.
Saya bilang, "darimana uang banyak kalo kita hnggak berusaha? Ayah bekerja untuk kebutuhan sehari-hari, makan, sekolah, dan lainnya. Kalo kakak ingin barang keinginan sendiri, harus nunggu giliran beli sama adik. Karena kalo beli langsung 3, ya uangnya ga cukup" (tunjek poin banget ya..hahaha)
"Ya lama mii, masak nunggunya lama" protesnya.
"Jadi, kakak harus usaha, harus nabung.. Uang jajan ga dibelikan makanan di sekolah krn sudah bawa bekal. Ga usa dibelikan mainan krn dirumah sudah ada mainan banyak"
Lama dia berpikir.. Pasti ada perang batin. Saya kasian juga kalo ga nuruti keinginan anak. Apalagi merasa saat saya kecil, kebutuhan hidup saja sulit apalagi mendapatkan kesenangan. Mainan saja tidak punya, apalagi beli buku mahal dan bagus.
Tetiba dia bilang (yang sangat menohok perasaan...)
"Kalo mami bisa bikin kue kan enak, kakak jual disekolah. Uangnya buat nabung" heeeeekkk.... Jadi mami ga bisa bikin kue!!!!!!! *iya sih. jiakakakak...

Akhirul cerita, saya sepakat bikinkan puding di cup (sebagai keahlian tunggal saya yang super-biasa) dan dijual kakak setiap hari jum'at (itupun molor sekitar 2 bulanan dari awal kesepakatan).
Dijualnya 1000 rupiah setiap cup. Awalnya saya bikinkan puding vla coklat, kedua kalinya puding coklat lapis bening dan hari ini ketiga kalinya puding pelangi. Saat jualan pertama dia bingung, temannya berebut beli. Waktu itu saya bawakan 10 cup, dan uang yang dikumpulkan 12rb. Kelebihan 2000 (padahal harga bbm belum naik 2rb pas itu *apa seehhh). Usut punya usut, uang beli penggaris yang dia minta hilang. Dipikir lagi ternyata uangnya tercampur di uang puding. Hahaha.. Mukanya uda pucat.
Saat ditanya berapa orang yang beli? Banyak. Bu guru beli 2, ada yang beli 1 ada yang beli 2. Kakak bingung kembaliannya. Wkwkkwwk.....
Oke, kedua kali jualan, saya bawakan 12 cup. Uang kembali utuh 12rb. Cuma sekali lagi dia bilang bingung kembalian uang 5rb. Jadi saya ajarin dia soal hitungan uang. Dan ketiga kali saya bawakan 18 cup (karena banyak yang pesan) habis semua 18rb. Semua uangnya masuk celengan, dia bahagia dan bangga.

Alhamdulillah...
RePost from FB 28 November 2014

0 comments:

Post a Comment