Tulisan
ini saya buat di malam hari saya menunggui Pia di rumah sakit. Untuk
menjawab banyaknya bbm/sms/wa masuk menanyakan kondisi dan kronologi
kenapa Pia masuk rumah sakit.
Ular.
Kamis pagi kemarin jadi hari yang paling buruk buat saya dan suami. Pia digigit (dipatuk) ular. Membayangkan aja ngeri, apalagi melihat langsung anak tercinta diserang binatang melata yang banyak semua orang ketakutan dan phobia melihatnya.
Pagi itu seperti biasa saya menyiapkan anak-anak untuk berangkat sekolah. Semua saya suapi sarapan bergiliran, dan lebih cepat selesai daripada biasanya. Jam 06.45, saya pergi ke pintu depan, tempat rak sepatu sekolah anak-anak saya letakkan. Waktu itu Micca dan Adin lagi pake jilbab masing-masing, sementara Pia membuntuti saya. Seperti biasa juga saya menyiapkan sepatu sekolah anak-anak didepan pintu, tempat mereka nanti duduk memasang sepatu sendiri. Saya lihat sepatu Adin ujung depannya ada semut-semut kecil. Mungkin sepatunya menginjak makanan/permen di sekolah, jadi kadang suka dihampiri semut. Saya ambil sepatu kiri Adin itu, "dek, ini sepatunya ada semutnya, abis nginjak apa?".
Pia berdiri di ambang pintu sambil super kepo. Adin menghampiri saya, "nggak tau mi, wes ga mau pake sepatu itu. Yang pink aja wes..." Katanya. Jadi saya letakkan sepatu itu di lantai teras, agak jauh dari sepatu kakaknya yang uda siap dipake. "Pia pake ya mi.." Kata Pia. "Jangan ada semutnya.." Saya jawab sambil masuk kedalam rumah, mau ngambil sepatu pink Adin di rak sepatu di dekat dapur. Adin membuntuti saya, meninggalkan Pia di depan sendiri. "Pake aja Pi, Adin pake yang pink koq.. Biarin aja mi dipake Pia ya mii.." Katanya. "Nggak wes dek, masih kebesaran sama pia.." Saya tolak sambil melihat Adin mengambil sendiri sepatunya. "Muat mii.." Teriak Pia dari depan.
Sementara suami saya sedang masangin perban di kaki Micca yang seminggu lalu kena knalpot sepeda. Lalu saya dengar Pia teriak-teriak tapi memanggil Adin.. "Adinn.. Diiin.. Adiin..." Seringnya Pia nggak mau manggil kakak ke Adin kadang nyebelin juga, uda saya ajarin panggil kakak, tapi sekali dua kali ya balik lagi manggil nama. Dikira temen sebaya saking mungilnya Adin.
Adin menyusul Pia ke depan mendahului saya sambil bawa sepatu pink-nya "apa pii.." Saat itu saya berhenti sebentar mencabut charger hp di dekat lemari baju Pia, "sakit diin.. Sakit ini.. Sakit diin.. Kakinya sakit" saya dengar Pia teriak didepan, bukan teriakan histeris, tapi teriakan seperti mengeluh biasa. "Lepas sepatunya, tu ada kecoaknya paling..." Kata Adin. Anak 2 itu berisik di depan. Saya bertanya sama ayahnya "Pia kenapa mas?" "Ga tau mi, aku lagi ngrumat Micca ini.." Kata suami saya. Dia lagi masangin perban di luka Micca yang sebetulnya uda kering. Cuma ga enak aja kalo kegesek-gesek sepatu dan kaos kaki.
Saya menghampiri Pia dan Adin tergesa. "Kenapa?" "Sakit kakinya mi.." Kata Pia "Ayo dilepas" saya bantuin Pia lepas sepatunya, yang kanan uda lepas duluan. Tinggal yang kiri. Begitu kakinya bisa saya lepaskan dari sepatu, jleb... Saya terpaku liat jempol kaki kiri Pia menitikkan darah dan ada 2 lubang kecil disitu. Perasaan saya langsung ga enak dan mulai berpikir ini pasti digigit sesuatu, mungkin kah kecoak? Atau kalajengking. Otomatis saya panggil ayahnya "kaki Pia berdarah mas, digigit apa itu?" Teriak saya panik. Pia saya angkat mundur sambil panik, Pia sendiri menangis pelan sambil bilang "sakit mii.. Sakit"
Jantung saya langsung berdebar-debar ga karuan, saya peluk Pia erat-erat saat suami menghampiri sepatu kiri itu dan mengetuk-ngetukkannya ke lantai. "Gak ada apa-apa.." Diletakkannya sepatu dan menghampiri saya yang menggendong Pia melihat lukanya. Saya penasaran dan jongkok didepan sepatu itu saya ketuk-ketuk lagi. Lalu ada sesuatu yang bergerak didalam menyebabkan bagian tengah sepatu (yang biasa ditutup velcro) bergerak, saya mundur sedikit lalu melihat ada ular berdiri dari lubang sepatu kiri Adin. Jantung saya berhenti rasanya saat baru menyadari apa yang menggigit kaki Pia selagi kaki itu berada didalam sepatu.
Astaghfirullahaladzim.... Saat itu saya berteriak panik, disurul jeritan Adin dan Micca yang menangis histeris dan lari ke dapur. "Sepatunya ada ularnya massss...." Teriak saya. Ular itu kelihatan berdiri sekitar 4-5 cm dari lubang sepatu. Astaghfirullah.. Besarnya sejempol tangan orang dewasa. Saya menangis. Suami saya langsung membanting pintu depan sampai menutup, mencegah ular itu masuk kerumah. Ditengah anak-anak menangis dan suami yang panik, saya teriak-teriak cari tali "mana tali? Mana tali, ikat sama tali.. Cepetan" uda berderai air mata ini. Rasanya ga karu-karuan hati ini. Pia diem aja sambil menangis pelan, sementara kakaknya yang menjerit-jerit histeris. Suami saya yang panik mencari tali untuk mengikat, saya takut racun/bisa(kalo ada) menjalar kemana-mana. Akhirnya nemu tali busana muslim Micca yang terbuat dari kain. Langsung diikat di telapak kaki kiri Pia. Saya uda mati rasa, saya liatin Pia masih sadar meski tangisnya berhenti.
Suami langsung ajak ke rumah sakit, tapi yang jelas ular itu masih ada diluar, didepan pintu. Saya serahkan Pia ke suami, buka pintu sambil bawa sapu. Saya sodok-sodok sepatu-sepatu yang berserakan diluar pintu. Abis mastiin kosong, saya panik ambil jaket dan jilbab, dompet. Saya ambil Pia dari suami dan bergegas keluar. Suami masih ribet memesan ini-itu ke Micca yang masih nangis histeris antara bingung mau ditinggal dan bingung gimana sekolahnya. Saya uda menunggu didepan pagar sambil bilang titip anak-anak ke tetangga sebelah, saat melihat si kecil panjang itu menyelinap di tembok dibawah jendela kamar saya. Sontak saya teriak ke suami menunjukkan ularnya. Suami langsung menutup pintu lagi dengan anak-anak teriak panik didalam. Trus dia lari keluar pagar, cari benda apa buat mukul tu ular. Nemu batang bambu panjang. Dan dipukul-lah kepala ular itu sampe mati.
Bergegas kami ke puskesmas terdekat. Yasalaaam.. IGD-nya masi tutupan, gelap, sepi. Ada 1 nakes disana, pas masuk ditanya dikit, dokter masih datang jam 9 dan dia sendiri ga berani nangani karena masih balita. Disuruh bawa ke RS terdekat. Sambil sewot saya bawa lagi Pia ke RS swasta dideket situ, masuk IGD langsung direspon. Ditimbang, dicek suhu tubuh dan gigitan ularnya. Kemudian dipasang infus. Pas itu Pia nangis, aduuh sediih rasanya. Saya mau nangis tapi gimana lagi, cuma menenangkan Pia aja yang saya bisa. Abis dipasang infus baru disuntik penghilang nyeri dan antibiotik. Ikatan kakinya dilepas, diganti dengan tali khusus dari IGD. Kemudian dokter jaganya bilang mau konsul dulu ke dokter anak dan dokter bedah. Kemungkinan akan dibedah kecil (katanya di cross) kemudian diliat lukanya dan dibersihkan, sebelumnya disuntik bius lokal dulu. Aduuuh.. Abis dipasang karet, dilepas diganti semacam papan karet kecil dibebat pake perban di kakinya (kayak yang dipake ditangan anak yang diinfus). Tapi gak lama dilepas lagi.. Maksuteeeee????
Saya tunggu
hampir 2 jam di IGD. Nggak ada tindakan lagi. Katanya menunggu resep
yang sedang ditebus suami saya. Tapi pas uda ganti dokter jaga, Pia
dibolehkan masuk kamar. Itu juga nggak langsung disuntik serum anti bisa
ularnya (kalo ga salah namanya S.A.B.U Blu - Serum Anti Bisa Ular). Karena sebelumnya uda disuntik
antibiotik (atau apa namanya, ga tau) jadi harus nunggu reaksinya dulu
baru bisa suntik lagi.
Selanjutnya sampai malam jam 11, Pia uda 5 kali disuntik via infus dan 1 kali disuntik via bokong. Tiap kali disuntik ya wajarnya anak kecil ya nangis, rontok rasanya hati saya. Dan tiap kali disuntik saya selalu tanya itu apa, ada yang antibiotik, penurun demam, pereda nyeri, dll. Yang disuntik di bokong itu yang paling sakit dan penuh drama. Karena itu serum anti bisa ularnya, 1 ampul penuh.. Ih ngeri juga saya yang megangin soalnya disuntikkan ke kulit langsung. Itu obat nyarinya aja kudu ke RSUD, nggak sedia di RS ini, apalagi di apotik-apotik biasa. Harganya makjleb, 1 ampul itu Rp.485 .000. Kalo jenis ular berbisa mungkin butuh lebih dari 1 resep. Sedangkan 1 resep aja 2 ampul. Oh noo... Ya Allah.. Akhirnya saya nginep juga di RS, baru kali pertama ini anak opname. Mudah-mudahan enggak lagi deh.. Amiiiin...
Alhamdulillah banyak
yang mendoakan Pia dan membantu saya selama di rumah sakit. Ada mama
saya yang bergantian nungguin 2 kakaknya dirumah. Lalu ada rekan-rekan
kerja suami dan istrinya yang ikut membantu saat pertama masuk rumah
sakit. Juga ada sahabat dan teman FB yang merespon foto profil saya di
bbm, kemudian bbm tiada henti mengalir mendoakan dan bertanya Pia
kenapa. Ya capek juga jawabnya berulang kali menjelaskan apa dan kenapa.
Tapi seneng deh banyak yang sayang dan mendoakan Pia. Terima kasih
banyak, nggak bisa menyebut nama-nya satu-satu. BB saya sampe lobet dan
dicharge terus karena bbm dan whatsapp terus mengalir. Doa-doa yang
baik, semoga diijabah oleh Allah dan diberi balasan berkali lipat oleh
Allah. Aamiiin...
Gimana kondisi Pia?
Sejak masuk kamar, Pia mungkin lebih banyak diam 1-2 jam pertama. Karena asing dengan tempat baru dan masih kaku dengan infusnya. Bekas gigitan di kakinya bengkak dikit. Kata dokter bedahnya, kalo ada gejala merah merambat sampai tumit kaki, harus segera lapor perawat. Mudah-mudahan bukan yang berbisa.
Ular.
Kamis pagi kemarin jadi hari yang paling buruk buat saya dan suami. Pia digigit (dipatuk) ular. Membayangkan aja ngeri, apalagi melihat langsung anak tercinta diserang binatang melata yang banyak semua orang ketakutan dan phobia melihatnya.
Pagi itu seperti biasa saya menyiapkan anak-anak untuk berangkat sekolah. Semua saya suapi sarapan bergiliran, dan lebih cepat selesai daripada biasanya. Jam 06.45, saya pergi ke pintu depan, tempat rak sepatu sekolah anak-anak saya letakkan. Waktu itu Micca dan Adin lagi pake jilbab masing-masing, sementara Pia membuntuti saya. Seperti biasa juga saya menyiapkan sepatu sekolah anak-anak didepan pintu, tempat mereka nanti duduk memasang sepatu sendiri. Saya lihat sepatu Adin ujung depannya ada semut-semut kecil. Mungkin sepatunya menginjak makanan/permen di sekolah, jadi kadang suka dihampiri semut. Saya ambil sepatu kiri Adin itu, "dek, ini sepatunya ada semutnya, abis nginjak apa?".
Pia berdiri di ambang pintu sambil super kepo. Adin menghampiri saya, "nggak tau mi, wes ga mau pake sepatu itu. Yang pink aja wes..." Katanya. Jadi saya letakkan sepatu itu di lantai teras, agak jauh dari sepatu kakaknya yang uda siap dipake. "Pia pake ya mi.." Kata Pia. "Jangan ada semutnya.." Saya jawab sambil masuk kedalam rumah, mau ngambil sepatu pink Adin di rak sepatu di dekat dapur. Adin membuntuti saya, meninggalkan Pia di depan sendiri. "Pake aja Pi, Adin pake yang pink koq.. Biarin aja mi dipake Pia ya mii.." Katanya. "Nggak wes dek, masih kebesaran sama pia.." Saya tolak sambil melihat Adin mengambil sendiri sepatunya. "Muat mii.." Teriak Pia dari depan.
Sementara suami saya sedang masangin perban di kaki Micca yang seminggu lalu kena knalpot sepeda. Lalu saya dengar Pia teriak-teriak tapi memanggil Adin.. "Adinn.. Diiin.. Adiin..." Seringnya Pia nggak mau manggil kakak ke Adin kadang nyebelin juga, uda saya ajarin panggil kakak, tapi sekali dua kali ya balik lagi manggil nama. Dikira temen sebaya saking mungilnya Adin.
Adin menyusul Pia ke depan mendahului saya sambil bawa sepatu pink-nya "apa pii.." Saat itu saya berhenti sebentar mencabut charger hp di dekat lemari baju Pia, "sakit diin.. Sakit ini.. Sakit diin.. Kakinya sakit" saya dengar Pia teriak didepan, bukan teriakan histeris, tapi teriakan seperti mengeluh biasa. "Lepas sepatunya, tu ada kecoaknya paling..." Kata Adin. Anak 2 itu berisik di depan. Saya bertanya sama ayahnya "Pia kenapa mas?" "Ga tau mi, aku lagi ngrumat Micca ini.." Kata suami saya. Dia lagi masangin perban di luka Micca yang sebetulnya uda kering. Cuma ga enak aja kalo kegesek-gesek sepatu dan kaos kaki.
Saya menghampiri Pia dan Adin tergesa. "Kenapa?" "Sakit kakinya mi.." Kata Pia "Ayo dilepas" saya bantuin Pia lepas sepatunya, yang kanan uda lepas duluan. Tinggal yang kiri. Begitu kakinya bisa saya lepaskan dari sepatu, jleb... Saya terpaku liat jempol kaki kiri Pia menitikkan darah dan ada 2 lubang kecil disitu. Perasaan saya langsung ga enak dan mulai berpikir ini pasti digigit sesuatu, mungkin kah kecoak? Atau kalajengking. Otomatis saya panggil ayahnya "kaki Pia berdarah mas, digigit apa itu?" Teriak saya panik. Pia saya angkat mundur sambil panik, Pia sendiri menangis pelan sambil bilang "sakit mii.. Sakit"
Jantung saya langsung berdebar-debar ga karuan, saya peluk Pia erat-erat saat suami menghampiri sepatu kiri itu dan mengetuk-ngetukkannya ke lantai. "Gak ada apa-apa.." Diletakkannya sepatu dan menghampiri saya yang menggendong Pia melihat lukanya. Saya penasaran dan jongkok didepan sepatu itu saya ketuk-ketuk lagi. Lalu ada sesuatu yang bergerak didalam menyebabkan bagian tengah sepatu (yang biasa ditutup velcro) bergerak, saya mundur sedikit lalu melihat ada ular berdiri dari lubang sepatu kiri Adin. Jantung saya berhenti rasanya saat baru menyadari apa yang menggigit kaki Pia selagi kaki itu berada didalam sepatu.
Astaghfirullahaladzim.... Saat itu saya berteriak panik, disurul jeritan Adin dan Micca yang menangis histeris dan lari ke dapur. "Sepatunya ada ularnya massss...." Teriak saya. Ular itu kelihatan berdiri sekitar 4-5 cm dari lubang sepatu. Astaghfirullah.. Besarnya sejempol tangan orang dewasa. Saya menangis. Suami saya langsung membanting pintu depan sampai menutup, mencegah ular itu masuk kerumah. Ditengah anak-anak menangis dan suami yang panik, saya teriak-teriak cari tali "mana tali? Mana tali, ikat sama tali.. Cepetan" uda berderai air mata ini. Rasanya ga karu-karuan hati ini. Pia diem aja sambil menangis pelan, sementara kakaknya yang menjerit-jerit histeris. Suami saya yang panik mencari tali untuk mengikat, saya takut racun/bisa(kalo ada) menjalar kemana-mana. Akhirnya nemu tali busana muslim Micca yang terbuat dari kain. Langsung diikat di telapak kaki kiri Pia. Saya uda mati rasa, saya liatin Pia masih sadar meski tangisnya berhenti.
Suami langsung ajak ke rumah sakit, tapi yang jelas ular itu masih ada diluar, didepan pintu. Saya serahkan Pia ke suami, buka pintu sambil bawa sapu. Saya sodok-sodok sepatu-sepatu yang berserakan diluar pintu. Abis mastiin kosong, saya panik ambil jaket dan jilbab, dompet. Saya ambil Pia dari suami dan bergegas keluar. Suami masih ribet memesan ini-itu ke Micca yang masih nangis histeris antara bingung mau ditinggal dan bingung gimana sekolahnya. Saya uda menunggu didepan pagar sambil bilang titip anak-anak ke tetangga sebelah, saat melihat si kecil panjang itu menyelinap di tembok dibawah jendela kamar saya. Sontak saya teriak ke suami menunjukkan ularnya. Suami langsung menutup pintu lagi dengan anak-anak teriak panik didalam. Trus dia lari keluar pagar, cari benda apa buat mukul tu ular. Nemu batang bambu panjang. Dan dipukul-lah kepala ular itu sampe mati.
Bergegas kami ke puskesmas terdekat. Yasalaaam.. IGD-nya masi tutupan, gelap, sepi. Ada 1 nakes disana, pas masuk ditanya dikit, dokter masih datang jam 9 dan dia sendiri ga berani nangani karena masih balita. Disuruh bawa ke RS terdekat. Sambil sewot saya bawa lagi Pia ke RS swasta dideket situ, masuk IGD langsung direspon. Ditimbang, dicek suhu tubuh dan gigitan ularnya. Kemudian dipasang infus. Pas itu Pia nangis, aduuh sediih rasanya. Saya mau nangis tapi gimana lagi, cuma menenangkan Pia aja yang saya bisa. Abis dipasang infus baru disuntik penghilang nyeri dan antibiotik. Ikatan kakinya dilepas, diganti dengan tali khusus dari IGD. Kemudian dokter jaganya bilang mau konsul dulu ke dokter anak dan dokter bedah. Kemungkinan akan dibedah kecil (katanya di cross) kemudian diliat lukanya dan dibersihkan, sebelumnya disuntik bius lokal dulu. Aduuuh.. Abis dipasang karet, dilepas diganti semacam papan karet kecil dibebat pake perban di kakinya (kayak yang dipake ditangan anak yang diinfus). Tapi gak lama dilepas lagi.. Maksuteeeee????
Luka gigitan di jempol kiri samping, 1 jam pertama |
Diperban, dilepas setengah jam kemudian |
Selanjutnya sampai malam jam 11, Pia uda 5 kali disuntik via infus dan 1 kali disuntik via bokong. Tiap kali disuntik ya wajarnya anak kecil ya nangis, rontok rasanya hati saya. Dan tiap kali disuntik saya selalu tanya itu apa, ada yang antibiotik, penurun demam, pereda nyeri, dll. Yang disuntik di bokong itu yang paling sakit dan penuh drama. Karena itu serum anti bisa ularnya, 1 ampul penuh.. Ih ngeri juga saya yang megangin soalnya disuntikkan ke kulit langsung. Itu obat nyarinya aja kudu ke RSUD, nggak sedia di RS ini, apalagi di apotik-apotik biasa. Harganya makjleb, 1 ampul itu Rp.485 .000. Kalo jenis ular berbisa mungkin butuh lebih dari 1 resep. Sedangkan 1 resep aja 2 ampul. Oh noo... Ya Allah.. Akhirnya saya nginep juga di RS, baru kali pertama ini anak opname. Mudah-mudahan enggak lagi deh.. Amiiiin...
Selain S.A.B.U, semua obat masuk lewat infus |
Gimana kondisi Pia?
Sejak masuk kamar, Pia mungkin lebih banyak diam 1-2 jam pertama. Karena asing dengan tempat baru dan masih kaku dengan infusnya. Bekas gigitan di kakinya bengkak dikit. Kata dokter bedahnya, kalo ada gejala merah merambat sampai tumit kaki, harus segera lapor perawat. Mudah-mudahan bukan yang berbisa.
Setelah dilepas perbannya |
4 jam pertama |
Makan - ngemil - makan - ngemil - makan - ngemil |
Bersama kakak |
Ngambek tiap kali abis nangis karena disuntik |
Setiap orang yang tau sebab Pia masuk RS mungkin sempat berpikir, harusnya jangan diluar, harusnya ditata, harusnya hati-hati, harusnya begini harusnya begitu. Saya sebagai orang tua ya nggak mau anaknya celaka, uda berbuat sebaik mungkin. Bisa dikatakan saya terlalu cerewet soal kebersihan dan kerapian. Siapa sangka pelajaran ini menjadi pelajaran penting buat saya? Musibah ya bisa terjadi tanpa kita sangka.
Ular kobra sawah 25-30 cm |
Anaknya sekarang tetap ceria, tetap ribut dan makannya tetap banyak porsinya. Saya bersyukur Alhamdulillah nggak terjadi yang terburuk dalam situasi itu. Mengingat baru pertama kali saya mengalami kejadian ini dan baru pertama anak saya opname di rumah sakit. (Belakangan tau nama ularnya Ular Kobra Hitam / Ular Sendok / Naja Sputratix)
Kalo ada yang bertanya, kenapa saya/suami sempet-sempetnya fotoin ular dan anak di rumah sakit, bukan berarti saya lagi gak panik. Saya hanya menghibur diri sendiri dari penyesalan dan mencari kerjaan dikala menunggui Pia dirumah sakit. Yang penting Pia sekarang uda kembali kerumah dan ceria seperti biasa. Nggak keliatan trauma, malah emaknya yang paranoid. Dikit-dikit saya liat kebawah, bener dong kata pepatah "Jangan sering liat keatas, liatlah kebawah" halaaah...
4 hari kemudian, uda ceria (liat deh pake sandal siapa?) |
Tradisi orang Jawa |
==================================================
PERTOLONGAN PERTAMA SAAT DIGIGIT ULAR
Saat
manusia di gigit ular, efek gigitan racun ular di tentukan oleh kadar
racun atau bisa ular tersebut dan di pengaruhi oleh daya tahan tubuh
manusia yang di gigit. Semakin baik daya tahan tubuh dan antibody yang
dimiliki seseorang serta semakin sehat metabolisme tubuh seseorang,
efek gigitan ular tersebut akan semakin lemah. Kunci utama saat
tergigit atau menolong orang yang digigit ular berbisa adalah jangan
panik untuk mencegah terjadinya akibat yang lebih fatal.
1. Jangan Panik
Jika anda melihat ular, yang terbaik adalah mundur menjauhi dengan tenang. Bila terlanjur digigit ular segera menjauh dengan tenang untuk menghindari gigitan lebih lanjut.
2. Tenangkan korban
Tenangkan korban yang tergigit, jangan melakukan banyak aktifitas atau gerakan yang dapat mengeluarkan tenaga atau mempercepat denyut jantung.
3. Amankan Korban maupun Penolong
Amankan posisi korban dan penolong dari lokasi, terutama dari gigitan lanjutan ular tersebut. Bahaya lain juga bisa muncul seperti lokasi yang curam hingga bila kita panik bisa terjerembab dan lain lain, bila yang tergigit diri kita sendiri segera cari posisi aman dan jauhi ular.
4. Imobilisasi Korban
Lakukan 3 imobilisasi pasien dan lakukan juga pembalutan elastic diatas bekas luka gigitan guna menghentikan dan menghambat laju racun atau bisa menuju jantung, pakai apa saja yang tersedia guna membalut di atas luka gigitan.
5. Kenali Ular Yang Menggigit
Ini adalah langkah vital dan penting, pengenalan akan ular tersebut dapat membantu mengidentifikasi jenis racun atau bisa hingga bisa diambil langkah medis yang tepat dan cepat.
Ingat perbedaan ular berbisa tinggi dan berbisa rendah, bila bekas luka gigitan terdapat 2 titik yang menyala nyata ini menandakan ular tersebut berbisa tinggi. Bila bekas luka gigitan ular membentuk huruf U dengan jumlah luka banyak, ini menandakan ular yang menggigit tidak berbisa atau bisanya rendah. Warna kulit ular yang terang dan mengkilap juga sering menandakan ular tersebut berbisa tinggi.
Jika kita tidak dapat mengenali jenis ular atau ragu , anggap saja ular tersebut berbisa tinggi dan mematikan. Usahakan untuk menghafal ciri ciri ular tersebut, bila takut lupa dan jika diperlukan -red:maaf- bunuh ular tersebut untuk dibawa kebagian medis lebih lanjut.
6. Segera Bawa Korban Kebagian Medis
Bila anda yang digigit dan hanya seorang diri, berteriaklah minta tolong agar ada yang datang menolong. Hal ini agar menjaga suatu hal yang tidak di inginkan seperti tidak sadarkan diri sebelum ada yang tahu. Bila anda menolong seseorang lakukan langkah diatas dan segera bawa korban ke pertolongan pertama atau medis terdekat. (Sumber : http://www.hewankesayangan.com/ular/pertolongan-pertama-gigitan-ular)
1. Jangan Panik
Jika anda melihat ular, yang terbaik adalah mundur menjauhi dengan tenang. Bila terlanjur digigit ular segera menjauh dengan tenang untuk menghindari gigitan lebih lanjut.
2. Tenangkan korban
Tenangkan korban yang tergigit, jangan melakukan banyak aktifitas atau gerakan yang dapat mengeluarkan tenaga atau mempercepat denyut jantung.
3. Amankan Korban maupun Penolong
Amankan posisi korban dan penolong dari lokasi, terutama dari gigitan lanjutan ular tersebut. Bahaya lain juga bisa muncul seperti lokasi yang curam hingga bila kita panik bisa terjerembab dan lain lain, bila yang tergigit diri kita sendiri segera cari posisi aman dan jauhi ular.
4. Imobilisasi Korban
Lakukan 3 imobilisasi pasien dan lakukan juga pembalutan elastic diatas bekas luka gigitan guna menghentikan dan menghambat laju racun atau bisa menuju jantung, pakai apa saja yang tersedia guna membalut di atas luka gigitan.
5. Kenali Ular Yang Menggigit
Ini adalah langkah vital dan penting, pengenalan akan ular tersebut dapat membantu mengidentifikasi jenis racun atau bisa hingga bisa diambil langkah medis yang tepat dan cepat.
Ingat perbedaan ular berbisa tinggi dan berbisa rendah, bila bekas luka gigitan terdapat 2 titik yang menyala nyata ini menandakan ular tersebut berbisa tinggi. Bila bekas luka gigitan ular membentuk huruf U dengan jumlah luka banyak, ini menandakan ular yang menggigit tidak berbisa atau bisanya rendah. Warna kulit ular yang terang dan mengkilap juga sering menandakan ular tersebut berbisa tinggi.
Jika kita tidak dapat mengenali jenis ular atau ragu , anggap saja ular tersebut berbisa tinggi dan mematikan. Usahakan untuk menghafal ciri ciri ular tersebut, bila takut lupa dan jika diperlukan -red:maaf- bunuh ular tersebut untuk dibawa kebagian medis lebih lanjut.
6. Segera Bawa Korban Kebagian Medis
Bila anda yang digigit dan hanya seorang diri, berteriaklah minta tolong agar ada yang datang menolong. Hal ini agar menjaga suatu hal yang tidak di inginkan seperti tidak sadarkan diri sebelum ada yang tahu. Bila anda menolong seseorang lakukan langkah diatas dan segera bawa korban ke pertolongan pertama atau medis terdekat. (Sumber : http://www.hewankesayangan.com/ular/pertolongan-pertama-gigitan-ular)
Hiks...piaaa..bundo nangiiss baca cerita mami..jadi pelajaran jg buat aku nih sbgai ortu..maaf ya mami aku lp ga bbm..tp turut mendoakan saat tau cerita dr emak lain..hugs
ReplyDeleteHiks...piaaa..bundo nangiiss baca cerita mami..jadi pelajaran jg buat aku nih sbgai ortu..maaf ya mami aku lp ga bbm..tp turut mendoakan saat tau cerita dr emak lain..hugs
ReplyDeleteiya bundoo.. gpp. makasi doanya yaa.. Pia uda sehat dan ceria tanpa trauma. pelajaran buat semua deh jadinya. semoga kita lebih waspada yaa.. peluk bundo aah..
DeleteSehat selalu ya dek pia....
ReplyDeleteAmiiin... makasi tante..
Delete